Sabtu, 21 Mei 2011

Penghambatan Tumbuh Tunas Latera dan Dominasi Tunas Apikal

Tujuan

Meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral

Pendahuluan

Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin ( Dahlia 2001).

Auksin adalah hormon yang dapat memacu perkembangan sel yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat pematangan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Adapun fungsi utama hormon auksin adalah mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Hormon auksin yang pertama kali diisolasi adalah Indo Asam Asetat ( IAA ). IAA dihasilkan oleh organ titik tumbuh, yaitu ujung tunas, daun muda, bunga, buah, sel – sel kambium dan ujung akar. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin tumbuhan yang ada pada salah satu sisinya disinari cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme ( Anonim 2010 ).

Hasi pengamatan

Tabel 1. Panjang dan diameter tunas lateral rata-rata

No

Perlakuan

Panjang tunas lateral rata-rata (cm)

Diameter rata-rata batang (cm)

1.

Tanaman utuh (kontrol)

0,62

0,275

2.

Tanaman dipotong dan diberi pasta lanolin

0,66

0,275

3.

Tanaman dipotong dan diberi pasta IAA

4,45

0,25

Pembahasan

Dalam praktikum ini telah diakukan percobaan menganai penghambatan tumbuh tunas lateral dan dominasi tunas apikal, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral. Adapun bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah kecambah kacang jogo ( Phaseolus vulgaris ) yang berumur 2 minggu daam pot individu. Bahan kimia yang digunakan adalah pasta lanolin dan pasta IAA 400 ppm.

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang merupakan proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanmana atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya. Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal atau dominanis pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Thimann dan Skoog menunjukkan bahwa dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman yang akan didistribusikan secara polar yag mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral (Dahlia, 2001).

Fungsi hormon auksin yang dibentuk oleh tanaman itu sendiri adalah untuk mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar dan batang, mempercepat pematangan buah, dan mengurangi jumlah biji dalam buah. Auksin yang diberikan pada tunas lateral akan menghambat pertumbuhan dari tunas lateral tersebut dan mengakibatkan adanya dominansi apikal. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh pemberian auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral berbeda dari pengaruh auksin yang dibentuk oleh tumbuhan itu sendiri. Auksin yang digunakan pada pemeliharaan tanaman tahunan berguna untuk mengurangi cabang pada pohon tersebut, sehingga eksposure tumbuhan terhadap cahaya dapat meningkat. Pemangkasan pucuk dilakukan untuk menghindari dominansi apikal yang nantinya akan membuat tumbuhan menjadi lebih lebat, sehingga pada tanaman hortikultura akan lebih mudah untuk dipanen (pertumbuhan ke atas diminimalisir), dirawat, dan bernilai jual lebih tinggi. Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel – sel tanaman khususnya akar yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran/ pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini akan mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hydrogen rantai moeku selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma ( Anonim 2010 ).

Dari data hasil pengamatan, diperoleh hasil yang kurang sesuai dengan literatur yang ada. Hasi pengamatan menunjukan panjang tunas lateral yang paling tinggi ada pada tanaman yang dipotong dan diberi IAA, sedangkan tanaman kontrol memiliki panjang tunas lateral yang paling pendek, yang seharusnya tanaman kontrol tersebut memiliki panjang tunas lateral paling panjang diantara kedua perlakuan yang lainnya. Tanaman yang telah diolesi oleh pasta lanolin + IAA memiliki mekanisme berupa dominasi tunas apikal yang tidak berkurang. Tunas lateral akan tetap dorman dengan suplai/cadangan auksin yang tetap tersedia dari bagian atas tumbuhan, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang tunas lateral yang paing rendah rendah dari . Lain halnya dengan tanaman kontrol dan tanaman yang diolesi pasta lanolin saja. Tanaman tersebut cenderung untuk membentuk tunas lateral setelah pengaruh dari auksin menghilang akibat terpotongnya tunas apikal. Pengaruh konsentrasi auksin dalam konsentrasi rendah pada tunas lateral ternyata mampu membuatnya tumbuh lebih pesat dan menunjukkan sensivitasnya, maka seharusnya tanaman tersebut memiiki panjang tunas lateral yang lebih tinggi. Begitu juga dengan data diameternya secara keseluruhan tidak menunjukkan asumsi yang sesuai dimana seharusnya diameter kontrol lebih besar dari perlakuan IAA dan perlakuan Lanolin. Hal tersebut bisa terjadi mungkin karena kesalahan pada praktikan yang kurang teliti dalam melakukan pengamatan, selain itu bisa juga terjadi akibat beberapa faktor seperti kurang perawatan dari praktikan, suhu lingkungan, kelembaban media tanam, unsur hara dan mineral yang kurang (Wattimena 1998).

Simpulan

Dari data hasi pengamatan dapat disimpulkan bahwa hormon auksin sangat mempengaruhi pertumbuhan tunas lateral pada suatu tanaman. Semakin tinggi kadar konsentrasi auksin yang diberikan pada tanaman maka akan menghambat pertumbuhan tunas lateral, sebaliknya jika sedikit kadar auksin yang diberikan akan mempercepat pertumbuhan tunas lateral. Percobaan ini dapat dikatakan kurang berhasil, karena data menunjukan hasil yang tidak sesuai dengan literatur.

Daftar Pustaka

[Anonim]. 2010. Apical Dominance [terhubung berkala]. http://en.wikipedia.org/wiki/Apical_ Dominance [ 05 Mei 2011 ].

[Anonim]. 2010. Role of Auxin in Apical Dominance [terhubung berkala]. http://www.cilr.uq.edu.au/…/File/Apical%20Dominance%20Workshop_brett.pdf [ 05 Mei 2011].

[Anonim]. 2010. Apical Dominance in Plants [terhubung berkala]. http://www.answers.com/topic/apical-dominance [ 05 Mei 2011 ].

[Anonim] 2010. Apical Dominance in Orchids [terhubung berkala]. http://abstracts.aspb.org/pb2003/public/P41/0123.html [ 05 Mei 2011 ].

Chambell. 2000.Biologi. Erlangga: Jakarta

Dahlia.2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.

Wattimena G A. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar Universitas Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar